Protektif Boleh Asal Jangan Berlebihan

Rabu, 29 April 2015 - 08:32 WIB
Protektif Boleh Asal...
Protektif Boleh Asal Jangan Berlebihan
A A A
SEBAGAI orang tua, wajar rasanya jika selalu mengawasi dan menjaga anak-anak. Sedikit saja hal buruk terjadi kepada anak akan mengundang rasa cemas bagi orang tua. Protektif sih wajar saja asal jangan berlebihan.

Pada dasarnya orang tua tidak pernah bisa berhenti mengkhawatirkan anakanak mereka. Hal tersebut merupakan hal yang naluriah. Namun, orang tua harus dapat mengontrol hal tersebut karena kecemasan yang berlebihan dapat memengaruhi perkembangan anak. Bukan tidak mungkin perilaku yang sama akan diturunkan pada anak mereka pada masa mendatang.

Penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa kecemasan orang tua ternyata dapat berdampak hingga antar generasi akibat adanya hubungan genetis yang mengikat mereka. Asumsi tersebut telah diteliti sebagaimana yang dilansir dari situs Daily Mail. Rasa cemas ini disinyalir bukan hanya karena adanya faktor keturunan atau genetis, melainkan adanya pola asuh dan lingkungan.

Untuk membuktikannya, sebuah penelitian dilakukan dengan melibatkan orang tua yang kembar secara identik dan nonidentik. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat membedakan apakah pengaruh kecemasan anak-anak yang diturunkan oleh gen keluarga atau diturunkan oleh pola asuhan mereka.

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti asal Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience (IoPPN) di Kings College London dan dipublikasikan dalam American Journal of Psychiatry . “Penelitian ini dapat dikatakan sebagai tonggak karena ini adalah penelitian yang pertama kali yang secara jelas mengungkapkan transmisi atau penurunan awal gejala kecemasan orang tua terhadap anak-anak mereka terjadi bukan hanya dari pengaruh genetik, melainkan perilaku dan pola asuh orang tua sendiri,” ungkap Dr Robert Freedman, seorang editor jurnal penelitian ini.

Rasa cemas orang tua saat ini dapat dididik dan dikontrol untuk meminimalisasi dampaknya terhadap perkembangan anak. Gangguan dalam bentuk rasa cemas yang berlebihan dianggap biasa terjadi. Sekitar satu dari tiga orang berpeluang melakukan tindakan seperti itu dalam hidup mereka. Selain itu, mereka cenderung memulainya saat anak mereka menginjak usia 11 tahun.

Rancangan penelitian yang melibatkan “saudara kembar” ini memungkinkan para ilmuwan untuk menguji perkembangan kecemasan anak di antara sekitar 1.000 keluarga kembar, baik itu yang identik atau nonidentik yang berusia rata-rata sekitar 45 tahun. Dengan membandingkan data berdasarkan gejala kecemasan terhadap anak dan orang tua serta membandingkan hasilnya dengan data serupa terhadap orang tua yang mempunyai anak kembar identik, peneliti dapat menguji pengaruh tinggal bersama orang tua bahwa hanya 50% yang terpengaruh dari gen orang tua.

Dengan mengamati gejala kecemasan antara anak dengan paman dan bibi yang kembar dan dari keluarga yang memiliki kembar identik, kemudian membandingkan dengan keluarga kembar nonidentik, keduanya memungkinkan untuk membatasi dampak genetik dan faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penurunannya dari generasi ke generasi lain. Orang tua dewasa dari pasangan kembar identik ditemukan menunjukkan kesamaan yang lebih besar terhadap tingkat kecemasan pada anak-anak remaja mereka sendiri daripada keponakan mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa tinggal bersama merupakan pendorong utama dalam keluarga terhadap penurunan kecemasan berlebih, bahkan setelah memperhitungkan pengaruh genetik.

“Temuan menganjurkan orang tua dengan gangguan kecemasan tidak perlu menghindari anak-anak mereka agar tidak menyandang sifat-sifat yang sama,” ujar Profesor Thalia Eley, Ketua Peneliti dari IoPPN di King College London. Penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua harus mengatasi dengan tingkat kecemasan tinggi diri sendiri, tidak menutup kemungkinan bahwa ini akan menurun kepada anak-anak mereka.

“Ada banyak hal yang bisa dilakukan di rumah untuk mencegah atau mengurangi kecemasan terhadap anak-anak dan remaja. Meskipun rasa cemas pada anak merupakan tindakan yang alami dan sikap tersebut dianggap sebagai reaksi untuk menjaga mereka dari hal-hal yang buruk, akan lebih baik orang tua mendukung anak-anak mereka untuk belajar mengambil risiko yang sesuai dengan usia mereka,” ungkapnya.

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1038 seconds (0.1#10.140)